Awan hitam berarak menyelimuti alam semesta
Berhenti bertengger diam di kaki bukit nan terjal
Titik air jatuh terhempas di tanah nan kering kerontang
Hilang di telan panasnya bumi di musim kemarau
Gemercik air diselah bebatuan
Mengalunkan irama kerinduan
Rembulan separoh menampakan kesedihan
Terhibur siulan seekor burung malam
Aku duduk bersimpuh dipinggir tempat tidur
Wajah tersembunyi di balik lipatan tangan
Rasa Kesal, kecewa, rindu
Terus berkecamuk di dalam dada
Lengan mulus berbulu tipis basah di aliri air mata
Jemari pun lentik meremas lipatan kain sprei
Yang bercorak mawar merah
Seakan tak rela pada sebuah keadaan
Perlahan ku angkat wajahku
Memandang kearah jendela kamar yang terbuka
Wajah sendu ber-urai air mata
Namun masih menyisakan goretan ke-ayuan
Di luar,.,...bulan separoh
Seakan merasakan kesedihan hati yang mendalam
Bibir pun tergaris simpulan senyum
Ketika sebuah bintang berekor
Melesat panjang di atas langit-langit hitam
Mata terpejam, Bibir begerak memohon
sesuatu kepada yang Maha Kuasa
Ya Tuhan sampaikan
Angin kerinduanku padanya yang kucintai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar