Rabu, 21 Desember 2011

BERKECAMUK TIGA RASA

Awan hitam berarak menyelimuti alam semesta
Berhenti bertengger diam di kaki bukit nan terjal
Titik air jatuh terhempas di tanah nan kering kerontang
Hilang di telan panasnya bumi di musim kemarau

Gemercik air diselah bebatuan
Mengalunkan irama kerinduan
Rembulan separoh menampakan kesedihan
Terhibur siulan seekor burung malam

Aku duduk bersimpuh dipinggir tempat tidur
Wajah tersembunyi di balik lipatan tangan
Rasa Kesal, kecewa, rindu
Terus berkecamuk di dalam dada

Lengan mulus berbulu tipis basah di aliri air mata
Jemari pun lentik meremas lipatan kain sprei
Yang bercorak mawar merah
Seakan tak rela pada sebuah keadaan

Perlahan ku angkat wajahku
Memandang kearah jendela kamar yang terbuka
Wajah sendu ber-urai air mata
Namun masih menyisakan goretan ke-ayuan

Di luar,.,...bulan separoh
Seakan merasakan kesedihan hati yang mendalam
Bibir pun tergaris simpulan senyum
Ketika sebuah bintang berekor
Melesat panjang di atas langit-langit hitam

Mata terpejam, Bibir begerak memohon
sesuatu kepada yang Maha Kuasa
Ya Tuhan sampaikan
Angin kerinduanku padanya yang kucintai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar